Selasa, 27 Januari 2009

SADOMASOKHISME

Hari ini penulis membaca berita di surat kabar Radar Cirebon rubrik Insiden 24 jam tentang seorang istri yang bernama Tuti (18) yang melaporkan suaminya yang bernama Yul (22) ke Polresta karena sering memukuli sambil memaksa untuk melakukan hubungan seksual.
"Karena saya sudah kesal, maka saya bikin laporan itu agar dia kapok", kata Tuti.

Kini kasus KDRT tersebut masih dalam penyidikan Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) Sat Reskrim Polresta Cirebon.

Dari kasus tersebut, mari kita bahas dari sisi Psikologi.
Apa itu sadomasokhisme?
Apa enaknya disakiti dan menyakiti?
Benarkah memang kecenderungan itu ada pada kita?

Halim (bukan nama sesungguhnya), 37 th, kini dilanda konflik batin. Pasalnya, setiap kali melakukan hubungan intim dengan istrinya, ia selalu "menghajar" istrinya dalam arti sesungguhnya. Dengan itu, Halim mendapatkan kepuasan seksual.

Tapi setiap kali ia sadar, ia sedih karena merasa telah berlaku kejam. Pada dasarnya, Halim tidak ingin melihat istrinya kesakitan. Repotnya, disisi lain ia membutuhkan kesadisan itu.

Untunglah, Siti istrinya meskipun pada awalnya merasa marah dan terhina, lama-lama bisa memaklumi keadaan suaminya Halim sehingga perilaku sadisme itu tidak lagi terasa sadis baginya.

Lebih-lebih karena Halim menyatakan terus-terang penyimpangannya, sebelum mereka memutuskan menikah.

Lain lagi kasus George di USA yang sampai dijatuhi hukuman penjara sembilan tahun karena terbukti membunuh wanita penghibur yang dikencaninya.

Kepada konsultan Psikologinya, George masih tetap berkata "Saya tidak pernah bermaksud membunuhnya. Saya hanya ingin mendapatkan kepuasan seksual".
Menyedihkan memang...

Mendapatkan kepuasan seksual melalui kekerasan (menyakiti atau disakiti secara fisik, biasanya melalui cubitan, pukulan, tamparan, bahkan lecutan, dan sebagainya) seperti kasus di atas merupakan penyimpangan perilaku yang disebut sadomasokhisme.

Istilah ini merupakan penggabungan dari dua perilaku berlawanan, yaitu sadisme (orang yang mendapat kepuasan seksual dengan cara menyakiti pasangannya) dengan masokisme (orang yang mendapat kepuasan seksual dengan cara disakiti).

Kenapa sadisme digabungkan dengan masokhisme, setidaknya ada dua pendapat.
Pertama karena penderita biasanya butuh pasangan yang masokhistis.
Kedua, penderita bisa memiliki dua peran sekaligus, sadistis dan masokhistis.

Seorang pakar perilaku yang banyak mengamati masalah ini Dr. Jack G. Weir, menyebutkan sebagai sadomasokhisme yang sebenarnya, jika orang menikmati memberikan punisment sekaligus menikmati mendapat punisment.

Pengidap sadomasokhisme ada tiga kategori, yang hanya ingin disakiti, yang hanya ingin menyakiti, dan yang menginginkan disakiti maupun menyakiti. Jenis yang disebut terakhir ini umumnya terdapat pada pasangan homoseksual.

Pasangan ini biasanya memiliki relasi sejajar atau sama, baik menjadi "tuan" maupun "budak" secara bergantian.

Sedangkan sadisme umumnya diderita pria, sebaliknya masokhisme kebanyakan diderita wanita. Hal ini ditunjang oleh temuan para ahli bahwa pada wanita memang sering kali muncul keinginan untuk diperlakukan secara kasar, secara paksa dalam hubungan seksual. ???

Sebuah studi yang dilakukan oleh Gebhard, juga menemukan bahwa para pemerkosa umumnya memiliki mimpi sadistis atau berfantasi sadistis selama masturbasi.

Tapi Weir berpendapat, bahwa baik pria maupun wanita yang diteliti umumnya berfantasi secara spontan tentang prilaku sadomasokhisme ini ketika mereka dirangsang.

Dalam beberapa kasus bahkan dalam fantasinya si partner yang menimbulkan rangsangan seksualnya adalah seorang teman lama.

Mungkin masih dapat dipertanyakan, mengapa pada sadomasokhisme pria cenderung untuk menyakiti dan wanita sebagai peran ingin disakiti.

Tapi secara singkat dapat dijelaskan, ini ada kaitannya dengan pembagian peran seksual masyarakat yang lebih meletakan pria adalah superior dan wanita adalah inferior.

Yang juga menjadi tanda tanya, apakah penyimpangan semacam ini ada dan cukup banyak di sekitar kita?

Angkanya memang tidak jelas. Yang jelas adalah cukup banyak orang yang menikmati dan menolak bentuk interaksi agresif selama berhubungan seksual.

Survei dari Hunt, memperlihatkan bahwa sepuluh persen pria dan delapan persen wanita berusia di bawah 35 tahun, diketahui mendapatkan kesenangan seksual dari perilaku sadomasokhisme. Meski praktek sadomasokisme memilki potensi bahaya cukup tinggi, toh itu tetap menjadi bagian dari kehidupan seksual orang tertentu.

Pada beberapa kasus sadomasokhisme, khususnya mereka yang cenderung pada sadisme, disebabkan oleh rasa bermusuhan yang berlebihan dan sifat menggenalisir. Ini biasanya terjadi pada seseorang yang memiliki perasaan tidak aman dan sangat marah pada suatu keadaan, kemudian ingin membalas dendam terhadap keadaan itu dengan cara melampiaskannya lewat hubungan seksual.

iiih.. serem juga yaa.. disakiti untuk dinikmati ..
atau dinikmati untuk disakiti... ??

takuuut aaahh . . .


Tidak ada komentar: