Kamis, 22 Januari 2009

N E C R O P H I L I A

Seorang necrophilis cenderung menyukai kematian.
Ia suka bau busuk dan kurang antusias dalam hidup.
Kenapa ia suka menyetubuhi mayat?

BENARKAH PROFESI PENGURUS MAYAT
ADALAH PENDERITA NECROPHILIA?


Tentu ini tuduhan gegabah yang tak dapat dipungkir, profesi mengurus mayat memang hampir selalu dipandang sebagai profesi istimewa kalau bukan malah aneh.

Sampai-sampai mereka yang memiliki profesi inipun sering ditatap secara aneh pula. "Kok mau-maunya?, ko tidak takut? kok tidak ngeri?" dan sebagainya.

Gambaran ini menunjukan betapa kematian dan hal-hal yang berhubungan dengannya, hampir selalu tidak disukai dan kalau bisa malah dihindari. sehingga wajar kalau ada orang yang "mendekati kematian" maka dianggap aneh.

Tapi apa sebenarnya necrophilia?


Secara sederhana necrophilia sering disebut sebagai pencinta kematian. Gejala ini umumnya dibagi dalam dua kategori, yaitu necropilia seksual dan necrophilia non-seksual.

Yang dimaksud necrophilia seksual adalah jika seseorang memiliki hasrat untuk melakukan hubungan seksual atau melakukan berbagai kontak seksual dengan mayat, biasanya pelakunya pria terhadap mayat wanita.

Sedangkan necrophilia non-seksual adalah jika seseorang memiliki hasrat untuk mengurusi, untuk dekat, memandangi dan terutama memiliki hasrat untuk memotong-motong mayat.

Itu sebabnya ada ahli yang menggolongkan perilaku ini sebagai agresi berbahaya. Malah ada negara yang menyatakan dalam hukumnya bahwa necrophilia merupakan prilaku kriminal.

Secara lebih rinci kriminolog Jerman bernama H.Von Hentig memberikan contoh-contoh kasus yang dapat memberikan gambaran jelas tentang perilaku yang tergolong necrophilia ini.
  1. Seseorang yang melakukan kontak seksual dengan mayat wanita baik dalam bentuk hubungan intercource mapun menipulasi organ seksual
  2. Seseorang yang timbul ketertarikan atau hasrat seksualnya setelah memandangi tubuh mayat wanita
  3. Seseorang yang memiliki rasa tertarik terhadap mayat, kuburan dan terhadap obyek yang berkaitan dengan kuburan, seperti bunga kemboja putih, foto/lukisan orang yang meninggal
  4. Jika seseorang suka memotong-motong mayat (mutilasi)
  5. Seseorang yang mengidamkan dapat menyentuh atau mencium aroma mayat ataupun segala sesuatu yang berbau busuk
Tapi tulisan ini tidak bermaksud mengatakan bahwa setiap orang yang berprofesi bersangkut paut dengan mayat adalah penderita necrophilia, meskipun mereka selaku "mendekati kematian".

Tetapi bisa dimaklumi bahwa karena sifat pekerjaaan yang memungkinkan mencium aromanya, memandangi ataupun menyetubuhi mayat, maka mereka paling gampang dituduh sebagai penderita necrophilia.

Namun sesungguhnya penderita necrophilia dapat dijumpai dimana-mana, dalam profesi apapun. Buktinya banyak kasus pembunuhan yang dilatarbelakangi oleh motivasi yang bersifat necrophilia. Misalnya membunuh calon korban agar dapat menyetubuhi mayatnya.

Praktek necrophilia ini juga dapat dilakukan melalui fantasi, seperti yang terjadi pada kasus berikut ini. Seorang pemuda sebut saja namanya Yayan, merasa begitu kehilangan ketika pacarnya meninggal.

Menurut pengakuan Yayan, ia sudah pernah melakukan hubungan intim dengan si pacar. Dan setelah kematian sang pacar, "setiap kali masturbasi saya selalu membayangkan berhubungan intim dengan dia", ujar Yayan kepada seorang Psikolog. Tak syak, Yayan telah berfantasi bersetubuh dengan tubuh yang sudah mati.

Ketika kuliah Yayan mengambil jurusan kedokteran atas anjuran orang tuanya. Disanalah kecenderungannya menjadi seorang necrophilis seperti mendapat kesempatan berkembang.

Ketika memasuki kamar mayat bersama teman-temannya dan menemukan tubuh wanita, timbul keinginan Yayan untuk menyetubuhi mayat wanita tersebut. Yayan sadar bahwa hasrat seperti itu salah.

Tapi pada suatu ketika ia sendirian memasuki kamar mayat, Yayan menggunakan kesempatan itu untuk menyentuh dan akhirnya menyetubuhi mayat wanita dihadapannya.

"Saya senang kalau bisa sendirian di kamar mayat, karena saya bisa menyadari kalau saya memang berbeda dengan orang lain selama saya berada bersama mayat wanita.

Pada saat itulah saya bisa menemukan hasrat seksual saya terhadap tubuh mayat wanita, sebuah perasaan yang saya miliki sejak kematian pacar saya", ujar Yayan.

Bagaimana dengan necrophilia non-seksual?
Necrophilia jenis ini biasanya dijumpai pada orang yang memilki hasrat kuat untuk merusak. Gejala ini sangat mungkin sudah tampak pada masa kanak-kanak, tapi mungkin juga baru terlihat pada usia dewasa.

Menurut Von Hentig, keinginan merusak pada penderita necrophilia bertujuan untuk mengoyakan struktur kehidupan.

Tak heran kalau Eric Fromm menggolongkan penggunaan teknologi peperangan yang menghancurkan peradaban manusia sebagai gejala necrophilia.

Tapi pada kasus konvensional, hasrat mengoyakan struktur kehidupan ini secara jelas diekspresikan dengan mengidamkan memotong bagian tubuh kalau tidak manusia ya binatang.

Namun tidak berati bahwa kasus pembunuhan potong tubuh (mutilasi) dan beberapa kasus sejenis yang pernah menghebohkan beberapa waktu lalu adalah kasus necrophilia.

Yang membedakan necrophilia dengan kasus pembunuhan/pemotongan mayat adalah motivasi yang melatarbelakanginya.

Pada pembunuhan biasa motivasinya bisa cemburu, dendam, marah dan sejenisnya, sedangkan pemotongan mayat dilakukan untuk menghilangkan jejak atau karena panik.

Sedangkan pada necrophilia menurut Eric Fromm, yang menjadi tujuan bukan kematian korban melainkan tindakan memotong-motong itu sendiri yang mendatangkan kenikmatan tertentu pada pelakunya.

Kasus lain dapat dijumpai pada mereka yang sering bermimpi menemukan bagian tubuh yang menambang atau terserak entah dalam genangan darah tapi sering kali air kotor, bersama-sama dengan tinja.

Hasrat terhadap potongan-potongan tubuh ini, kata para ahli memang seringkali muncul dalam fantasi ataupun mimpi.

Adapun bentuk necrophilia yang paling tidak kentara dapat dijumpai pada orang-orang yang mengidamkan untuk berdekatan dengan mayat, kuburan atau obyek lain yang berkaitan dengan kematian, seperti disebut di atas. Yang ini bisa terjadi tidak saja pada pria (seperti dalam kasus necrophilia seksual) tapi juga pada wanita.

Seorang wanita yang berkata " Saya sering membayangkan tentang makam dan mayat yang membusuk di dalam kubur", dapat ditafsirkan sebagai gejala necrophilia.

Ketertarikannya terhadap yang busuk dapat ditafsirkan sebagai ekspresi dari keinginan untuk mencium bau busuk yang merupakan salah satu gejala necrophilia.

Beberapa karakter khusus yang biasanya menandai seseorang mengidap necrophilia adalah pandangannya yang selalu negatif terhadap masa depan. Karena bagi mereka kehidupan yang sesungguhnya adalah masa lampau, bukan hari ini atau hari esok.

Mereka juga memiliki minat besar terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan sakit. Katakanlah seorang Ibu yang selalu bicara tentang penyakit anaknya, kegagalannya, masa depannya yang suram, dan pada saat yang sama ia tidak antusias terhadap perubahan yang lebih baik, tidak ada respon terahap antusiasme anaknya dan segala sesuatu yang berkembang.

Dalam hal warna, necrophilia biasanya cenderung menyukai warna-warna hitam atau warna-warna gelap. Karena mereka menyukai bau-bau busuk, kesukaan muncul dalam dua bentuk : mereka suka bau tinja, urien dan bau busuk lainnya serta senang membaui toilet (iiiiihh...).

Bentuk lain justru usaha keras menekan keinginan untuk mencium bau busuk ini. Dalam tersenyum pun, kata para ahli, mereka juga punya cara yang berbeda, yaitu menyeringai, senyum atau tawa yang tidak normal, tidak menunjukan kebebasan dan tidak hidup.

Yang jadi soal, kenapa seseorang sampai menderita necrophilia?

Umumnya adalah karena orang yang bersangkutan memiliki trauma tertentu sehingga tidak berani menghadapi kehidupan yang riil dan ia memindahkan kehidupan itu dalam alam kematian beserta semua simbolnya.

Bisa juga karena orang yang bersangkutan tumbuh dengan jiwa yang selalu di dominasi, dikuasai atau direndahkan. Ia memindahkan keinginannya berkuasa ke obyek lain yang lebih pasif yang dapat dikuasainya.

Bersetubuh dengan mayat bagi penderita necrophilia berarti suatu ekspresi dimana ia dapat menguasai pihak lain dan dia bisa merasa menang karena "lawannya" bersikap pasif. Dengan begitu ia merasa dapat mengontrol orang lain.


Tidak ada komentar: