Minggu, 08 Februari 2009

THE POWER OF LOVE

Menguak Keampuhan Cinta Sebagai Penangkal Penyakit . . .
Salah Satu Obat Ampuh Untuk Melawan dan Mencegah Penyakit adalah Rasa Cinta . . .
Seberapa besar kekuatan Cinta . . .??
Tahukah anda Keampuhan Cinta . . .??
mari kita bahas bersama-sama . . .


Bulan ini bulan Pebruari, kata orang sih bulannya kasih sayang..
maka itu penulis tergerak untuk mengangkat tema cinta. Tapi kali ini tidak akan membahas tentang pro dan kontra hari kasih sayang (valentin Day), tapi mencoba melihat cinta dan kasih sayang secara universal. Misalnya cinta akan persaudaraan, cinta orang tua terhadap anaknya, cinta suami-istri, cinta kakak-adik, cinta persahabatan, cinta kepada alam, cinta kepada hewan piaraan, dan cinta lain sebagainya . . .

"Dia akan sembuh dari sakit berkat cinta dan kasih sayang yang tulus dari orang-orang terdekatnya . ."

Pernyataan klise ini sering kita dengar dalam sinetron atau film-film drama. Tapi jangan ditertawakan dulu, karena inti kalimat itu memang benar adanya.

Secara medis terbukti bahwa cinta yang tulus akan meningkatkan kekebalan tubuh seseorang sehingga bisa menghindarkannya dari penyakit.


Bentuk cinta yang tulus itu bisa bermacam-macam, seperti perhatian, sentuhan, kepedulian, pelukan, senyum simpati, dan bentuk-bentuk kehangatan cinta universal lainnya.

Adalah ilmu Psikoneuroimunologi (PNI) yang mempelajari hal tersebut. Ilmu ini di dalamnya tercakup berbagai disiplin ilmu, seperti endokrinologi, imunologi, psikologi, neurologi, dan bidang-bidang ilmu lainnya.

Menurut PNI, di dalam tubuh kita terdapat sistem komunikasi dua arah antara sistem kekebalan dan sistem saraf yang "berbicara" dalam bahasa yang sama, yaitu lewat bahasa biokimiawi berupa zat-zat yang disebut neurotransmitter.

Kita lihat beberapa contohnya. saat stres, tubuh kita akan memproduksi glukokortikoid. Zat ini ternyata berkaitan langsung dengan jumlah dan efektivitas limfosit (zat yang mengendalikan fungsi kekebalan) di seluruh tubuh.

Sifat glukokortikoid tersebut adalah immunosuppressive atau menghambat pembentukan sel-T baru bahkan menyebabkan sel-T "bunuh diri".

PNI mengungkap pula adanya zat opipid dan neuropeptida yang berperan penting dalam komunikasi antara otak dan sistem kekebalan. Salah satu neuropeptida yang terpenting adalah endorfin yang struktur kimiawi dan efeknya pada tubuh serupa dengan zat-zat kimia seperti opium dan morfin (play choactive drugs) yang diketahui dapat mempengaruhi kerja otak.

Selain itu, PNI menemukan salah satu bagian otak yang paling aktif berkomunikasi dengan zat-zat kimia ini adalah sistem limbik, pusat yang mengatur emosi kita. Kaitannya makin jelas ketika diketemukan reseptor-reseptor di sel kekebalan limfosit terhadap berbagai neurotransmitters yang kini sudah dikenal.

Jelas, temuan-temuan PNI menegaskan bahwa apa yang kita persepsi lewat saraf dan apa-apa yang mempengaruhi pikiran dan emosi kita langsung direspons oleh sistem kekebalan. Semuanya menjelaskan bagaimana sentuhan, pikiran, dan emosi yang dipersepsi otak secara positif berdampak positif pula pada ketahanan tubuh.

Sebaliknya, bentuk-bentuk emosi negatif seperti stres, kemarahan dan depresi, secara fisiologis akan menurunkan kekebalan tubuh.

Sebuah percobaan pernah dilakukan pada tikus. Sekelompok tikus hidupnya terus menerus diganggu dengan suara yang membuat mereka stres (kronis). Sementara sekelompok yang lain dibiarkan hidup tenang. Hasilnya tikus yang mengalami stres dan depresi kronis mengalami penurunan kekebalan yang signifikan ketimbang yang hidupnya tenang-tenang saja. Tikus-tikus yang stres itu lebih rentan untuk terkena kanker.

Berkaitan dengan hal tersebut, spesialis penyakit dalam dan imunologi, Prof.Dr. Samsuridjal Djauzi, PhD.,FACP, mengatakan bahwa kasus tersebut terjadi pula pada kehidupan manusia. Ia mengisahkan pengalamannya dengan beberapa pasien kanker.

"seorang ibu penderita kanker yang menyerah, entah karena suaminya selingkuh atau tak peduli lagi padanya, tak punya pendorong untuk tetap hidup, lebih rendah daya tahannya ketimbang ibu lain yang sama-sama menderita kanker tapi punya motivasi bertahan yang kuat. Misalnya karena ia menyadari anaknya masih membutuhkan kasih sayangnya atau karena terus didampingi suami yang penuh cinta", paparnya.

Ungkapan cinta itu beragam bentuknya. Salah satunya adalah dengan sentuhan secara langsung. Ini pun berdampak bagus pada kesehatan. Contohnya adalah pijat bayi. Seorang guru besar dari Amerika bernama Prof. T. Field meneliti pengaruh pijat bayi ini.

Disimpulkan, bayi prematur dengan berat badan hanya 1,280 hingga 1.176 gram yang dipijat 3 sampai 15 menit selama sepuluh hari mengalami kenaikan berat badan per hari 20% hingga 47% lebih banyak ketimbang bayi-bayi yang tidak disentuh.

Bayi-bayi ini juga lebih aktif, lebih lincah, dan lebih responsif. Delapan bulan kemudian, bayi-bayi yang diberi makan dengan "menu" sentuhan ini menunjukan mental dan motorik yang lebih baik dibandingkan bayi-bayi yang tidak mendapatkannya.

Bayi-bayi yang diasuh di panti-panti penitipan dan yang tinggal di ruang perawatan (karena lahir prematur) tidak akan tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya bila tidak sering-sering mendapat sentuhan (digendong atau didekap).

Simak contoh-contoh lain. Dua pakar Dr.Katcher dan James Lynch,PhD, Direktur Life Care Health Foundation, Towson Meryland-Amerika, mencatat perubahan positif pada pasien-pasien penyakit jantung koroner, setiap kali para perawat menyentuh mereka untuk memeriksa denyut nadi.

Mereka juga menemukan, para pasien yang menderita trauma karena shock menunjukan denyut nadi yang positif setiap kali dokter menyentuh tangan mereka, meskipun pasien-pasien ini dalam keadaan koma !.

Tak hanya itu, ternyata sentuhan dengan hewan piaraan berdampak positif pula bagi imunitas tubuh. Pasien penderita penyakit jantung Dr.Lynch yang punya hewan piaraan di rumah mereka, rata-rata dapat bertahan hidup lebih dari setahun dari pada yang tidak punya hewan peliharaan.

Sementara itu, peneliti lain menemukan adanya penurunan tekanan darah pada pasien yang gemar membelai hewan piaraan mereka. Ekspresi wajah mereka pun terlihat mengalami perubahan dari tegang menjadi santai ketika menyentuh dan berbicara dengan hewan-hewan kesayangan mereka tersebut.

Dianjurkan para lansia yang tinggal di panti-panti jompo juga memelihara hewan piaraan. Amerika sudah merespon penelitian ini dengan banyaknya panti jompo yang membolehkan para lansia memelihara hewan kesayangannya atau mereka mengundang sukarelawan datang berkunjung disertai hewan peliharaan mereka.

Bukti-bukti medis keterkaitan antara kekebalan dan emosi itu telah mendorong para dokter memikirkan program-program kesehatan yang holistik. Di RS Kanker Dharmais Jakarta, misalnya, paramedis sudah menyadari bahwa seorang penderita kanker itu menderita secara menyeluruh. Secara fisik ia sakit, sementara psikis, ia juga menderita dalam persepsinya sebagai seorang wanita bila kebetulan organ tubuhnya (misalnya kangker payudara, kangker rahim) yang terpenting harus diangkat.

"Dalam banyak kasus, kankernya sendiri amat kecil, secara fisik tidak sehebat penderitaan emosionalnya. Namun, yang kecil itu menjadi besar bila hubungan emosionalnya tidak mulus, terutama yang menyangkut hubungan dengan pasangan, anggota keluarga, dan orang-orang terdekatnya", ungkap Dr.Samsuridjal.

Akhirnya, penelitian telah membuktikan (secara ilmiah) betapa pentingnya hubungan emosional yang baik dengan sesama, terutama dengan orang-orang terdekat kita.

"Bila salah satu anggota keluarga sakit, anggota yang lain hendaknya dapat memberikan dukungan emosional. Dokter akan mengobati secara profesional, tetapi secara emosional, orang-orang terdekat sangat berperan dalam membantu penyembuhan . Inilah yang kami sebut sebagai penyembuhan total ", ujar Dr.Samsuridjal.

Pada kasus-kasus kronis, dokter Samsuridjal menekankan pentingnya upaya-upaya agar pasien tidak selalu memikirkan penyakitnya sehingga jatuh ke dalam depresi. Ia harus dikeluarkan dari rutinitasnya.

Suatu waktu nanti, semua rumah sakit hendaknya menyadari bahwa memberi kesenangan, kegembiraan, dan sentuhan kehangatan menjadi bagian dari pengobatan.

Riset Psikoneuroimunologi masih akan terus berlangsung. Masih akan banyak kabar baru yang akan kita dengar tentang kekuatan cinta dan sikap batin yang positif. Disisi lain beragam penyakit juga takan berhenti terus meneror hidup kita. Belum lagi ancaman dari berbagai zat berbahaya dari makanan yang kita santap sehari-hari.

Untuk itu, marilah kita manfaatkan moment bulan kasih sayang ini dengan membagikan dan menerima secara cuma-cuma ungkapan cinta dan kasih sayang kita yang positif kepada sesama, agar kita lebih kebal terhadap berbagai penyakit.


Tidak ada komentar: