Selasa, 03 Februari 2009

J E N U H

Apa sih rasa Jenuh itu?
Banyak negara memanfaatkan perang sebagai pemupus rasa jenuh.
Sejumlah kasus bunuh diri pun diduga penyebabnya rasa Jenuh.
Bagaimana menghindarinya?

"Mau-maunya dengar kampanye", begitu komentar Eet ketika memergoki orang tuanya mendengarkan kampanye sebuah Parpol di TV.
"Sudah tiap hari kita dengar kampanye, toh kampanye sudah terbukti tidak mengubah apa-apa", katanya.


Seorang suami mengeluh, ia tidak memiliki perasaan istimewa lagi terhadap istrinya.
"Tidak ada lagi getaran khusus maupun rasa rindu yang hebat, meskipun sebulan kami tidak bertemu. Semuanya biasa-biasa saja, dan semuanya seperti sudah saya hapal. Padahal dia tetap cantik dan menarik seperti sedia kala", ujar Abdul (37) yang baru menikah tiga tahun ini.
"saya bosan", katanya.

"ternyata hati tak bisa berdusta, meski ku coba tetap tak bisa . . .
dulu cintaku banyak padamu ...
entah mengapa.. ?? kini berkurang . . .
maaf ku jenuh padamu . . . "

Neni (36) seorang ibu dengan dua anak, bercerita bahwa ia tidak lagi memiliki antusiasme terhadap apa saja. "Seharusnya saya malu memiliki perasaan semacam itu. Karena hidup saya sesungguhnya enak. Boleh dikata saya memiliki semua hal yang diinginkan banyak orang. Saya punya suami sukses dalam bisnis, punya anak-anak yang cerdas, rumah dan mobil yang bagus. Saya juga punya pergaulan luas dan bisa melakukan apa saja yang saya inginkan. Bahkan saya pernah punya affair. Tapi saya merasa bosan. Hidup saya terasa kosong. Saya merasa tidak bahagia dan saya tidak tahu kenapa", kata Neni.

" maaf ku jenuh padamu . .
lama sudah ku pendam . . . tertahan di bibirku . . .
mau ku tak menyakiti . . . meski begitu indah . . .
ku masih tetap saja . . . jenuh . . . "

Jenuh. Itulah sebutan paling tepat untuk ketiga kasus di atas. Perasaan semacam itu bisa jadi bukan kasus istimewa, karena bisa menimpa banyak orang di mana saja.

Begitu lumrahnya, seorang ilmuan pernah menyebut rasa jenuh ini sebagai penyakit sosial (bukan sekedar individual) nomer satu di dunia. Seorang ahli lain menyebutnya sebagai bagian yang melekat secara alamiah pada masyarakat modern.

Karena itu pula, rasa jenuh sering tidak pernah dianggap sebagai gejala serius dan kita lebih suka bersikap pasif terhadap kehadirannya.

Akibatnya rasa jenuh tidak pernah mendapat perhatian secara dramatis seperti halnya penyakit kanker atau AIDS, misalnya kita tak pernah mendengar ada lembaga anti jenuh dan sejenisnya, meskipun jumlah penderitanya mungkin paling dramatik dibandingkan penyakit lain.

Menurut Sam Keen, ahli psikologi yang menaruh perhatian besar terhadap kejenuhan ini, banyak kasus bunuh diri dan meningkatnya pemakaian obat terlarang maupun alkohol dapat menjadi pertanda merebaknya penderita kejenuhan ini dalam berbagai tingkat.

Di negara maju macam AS, kabarnya banyak pasien datang kepada para dokter dengan bahasa yang hampir sama :
"Dok, saya tidak tahu apa yang saya rasakan. Tapi seperti ada yang hilang, cuma saya tidak tahu apa itu".


Dan ironisnya itu terjadi di lingkungan masyarakat berteknologi modern yang sesungguhnya banyak menciptakan aneka produk yang bersifat melayani masyarakat agar terhidar dari rasa jenuh. Sam Keen menyebut masyarakat AS mengalami phobia kejenuhan.

Selain mendorong penderitanya untuk bunuh diri, rasa jenuh juga sering mencetuskan perang antar negara. Ini karena musuh utama rasa jenuh adalah antusiasme terhadap hidup dan mimpi-mimpi kita. Jika kedua hal tersebut telah rusak dan hancur, apa lagi yang akan tersisa?

Dari berbagai pengalaman dapat disebutkan beberapa penyebab rasa jenuh :
  • Rutinitas,
  • tidak ditemukan hal-hal baru,
  • tidak diperoleh harapan akan adanya perubahan lebih baik,
  • keadaan yang statis,
  • Tidak ditemukan daya tarik,
  • Tidak ditemukannya suatu arti/makna hidup
Tapi kapan ia mulai menyerang, sangat sulit mendeteksinya dan sulit mengingatnya. Tiba-tiba sudah terserang depresi, tiba-tiba sudah tidak punya hasrat lagi, dan tiba-tiba sudah tidak ingin hidup lebih lama lagi...
Astagfirallah al'azim...


Banyak orang sesungguhnya telah berusaha menghindarkan diri dari rasa Jenuh dengan melakukan berbagai cara. Ada yang berusaha terus sibuk sampai habis waktu, tidak henti-henti melakukan sesuatu dan menghasilkan sesuatu.

Contoh lainnya yaitu dengan terus menerus memanjakan diri dengan hiburan entah itu dengan TV, VCD, DVD, radio, Film, dan sebagainya. Dan masih banyak cara lain yang diambil untuk menghindarkan diri dari kejenuhan.

Tapi menurut Sam Keen, menghindar dari penyakit Jenuh ini, dengan cara apapun justru mendatangkan kesedihan yang lain.

Pertama kelelahan, "kita akan selalu letih, secara psikologis kita akan mengalami depresi, tapi pada tingkat ekonomi-politik kita akan mengalami resesi, stagnasi, dan pengaturan kembali", ujar Keen dalam salah satu tulisannya.

Kedua, menghindarkan diri dari kejenuhan justru akan menimbulkan kekerasan dalam berbagai bentuk :
  • Salah satu bentuk kekerasan adalah perceraian. mengapa perceraian disebut kekerasan, karena bagaimanapun juga perceraian akan mendatangkan luka dan penderitaan bagi keluarga yang terceraikan
  • Pemakaian obat terlarang maupun alkohol yang bisa berakibat buruk
  • Berbagai bentuk kenakalan dan perilaku kekerasan yang dilakukan remaja, oleh Keen juga dinilai sebagai akibat dari usaha menghindarkan diri dari kejenuhan terhadap keadaan
  • Upaya bunuh diri merupakan kekerasan yang ditempuh oleh penderita kejenuhan yang introvert, sedangkan perang adalah pilihan bagi yang ekstrovert
  • Perang biasanya menjadi usaha akhir dari sebuah negara untuk menghindarkan diri dari kejenuhan. Bagi negara yang menyukai "petualangan" dari perang ini diharapkan buah lain berupa semangat hidup baru dan munculnya kehormatan. Padahal apapun yang dihasilkan perang tetap keras dan menimbulkan jatuh korban
  • Menderita sakit. Banyak orang yang menderita sakit fisik, misalnya kanker mapun psikosomatis karena menghindarkan diri dari rasa Jenuh
Jika menghindarkan diri dari rasa jenuh terbukti mendatangkan persoalan baru, lalu apa yang sebaiknya ditempuh jika kita mengalami kejenuhan?

Bertrand Russell berpendapat, rasa Jenuh adalah problem vital kaum moralis, karena separuh dari penderitaan umat manusia disebabkan oleh rasa takut terhadap kejenuhan itu.

Karena itu, Keen menganjurkan, "sebaiknya kita merengkuh saja dan bukannya menghindarinya. Jangan lari darinya, dan jangan mencoba menghindarinya. Cobalah untuk berpikir positif", ujar Keen.

Salah satu patokan dasar kejiwaan berbunyi : apapun yang anda tentang akan bertahan. Jadi sebaiknya memang tidak juga ditentang. nikmati sajalaah . . .

Dengan mencoba mengenali rasa Jenuh itu kita memang akan tahu apa yang menjadi motivasi kita, apa nilai yang kita pegang, lalu apa resiko yang harus kita ambil untuk mendapatkan kehidupan yang berarti ini.

Mudah-mudahan Andapun tidak Jenuh membaca tulisan ini. Semoga.


Tidak ada komentar: